Liputan6.com, Hong Kong: Frank Lampard bermain sebagai gelandang jangkar ketika Chelsea menggulung Kitchee. Kemenangan itu membuat Chelsea memastikan lolos ke partai final Barclays Asia Trophy yang dimainkan di Hong Kong.
Setelah pertandingan itu, Lampard mengungkapkan situasi yang mungkin bisa membuatnya memutuskan gantung sepatu. Mendapat tempat sebagai gelandang yang dituntut lebih bermain bertahan, Lampard tidak risau. Ia justru tertantang karena bisa menjelajahi lapangan lebih luas lagi.
Saya senang bermain maju mundur menjelajahi lapangan dan masuk jauh ke setiap kotak penalti. Jika saya sudah merasa tidak mampu lagi melakukannya maka saya tidak ingin terlalu lama bermain, kata gelandang berusia 33 tahun itu. Saya akan menjadi orang pertama ketika tidak mampu melakukan tugas tersbeut. Mungkin saya akan dijual sebelum sampai pada kondisi itu.
Lampard membuka skor kemenangan melawan juara Hong Kong lewat eksekusi dari titik penalti, sebelum gol bunuh diri yang membuat The Blues unggul 2-0. Didier Drogba dan Daniel Sturridge memastikan kemenangan melalui golnya masing-masing ketika Chelsea turun dengan formasi 4-2-3-1.(DIM/The Sun)
Kamis, 28 Juli 2011
Ade dan Johan Mengaku Bertemu Nazaruddin
Liputan6.com, Jakarta: Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ade Rahardja dan Juru Bicara KPK Johan Budi S.P. mengakui pertemuan dengan mantan Bendahara Partai Demokrat M. Nazaruddin di sebuah rumah makan di kawasan Casablanca, Jakarta, beberapa waktu lalu. Ade juga mengakui Nazaruddin mencoba mengintervensi sejumlah kasus yang sedang ditangani.
Sementara itu, Komite Etik KPK tetap melaksanakan tugasnya untuk memeriksa sejumlah pimpinan KPK yang disebut Nazaruddin merekayasa kasusnya.
Pengakuan Ade Rahardja dan Johan Budi membuka informasi pada publik bahwa ada sesuatu terjadi jauh sebelum kasus suap Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatra Selatan, terkuak. Mantan Bendaraha Umum Partai Demokrat itu ternyata tidak hanya operator politik, tapi juga jembatan tersangka korupsi yang kasusnya sedang ditangani KPK. Meskipun keduanya membantah, Komite Etik KPK tetap menyelidiki kasus tersebut.(ARE/ANS).
Sementara itu, Komite Etik KPK tetap melaksanakan tugasnya untuk memeriksa sejumlah pimpinan KPK yang disebut Nazaruddin merekayasa kasusnya.
Pengakuan Ade Rahardja dan Johan Budi membuka informasi pada publik bahwa ada sesuatu terjadi jauh sebelum kasus suap Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatra Selatan, terkuak. Mantan Bendaraha Umum Partai Demokrat itu ternyata tidak hanya operator politik, tapi juga jembatan tersangka korupsi yang kasusnya sedang ditangani KPK. Meskipun keduanya membantah, Komite Etik KPK tetap menyelidiki kasus tersebut.(ARE/ANS).
Langganan:
Postingan (Atom)